Pada dasarnya belajar stenografi adalah untuk menulis atau menangkap pembicaraan/pidato/suara yang kita dengar dari sumber suara. Sumber suara ini dapat kita dengar dari seseorang, radio, televisi, tape recorder dan lain sebagainya.
A. Kegunaan Stenografi
Dalam kehidupan sehari-hari baik untuk keperluan pribadi maupun organisasi seringkali dituntut kemampuan kita untuk merekam pembicaraan dari sumber suara tersebut. Dengan tulisan Lain, Arab, Cina, Rusia, Jepang yang masih merupakan tulisan panjang (longhand), kita masih belum dapat menangkap pembicaraan tersebut. Oleh karena itu perlu kiranya kita mempunyai kemampuan merekam pembicaraan tersebut dengan tanda atau huruf yang relatif singkat.
Untuk hal itu timbul gagasan manusia untuk menciptakan tulisan baru yang sanggup untuk menangkap pembicaraan tersebut. Tulisan baru yang dimaksud adalah tulisan singkat dalam bahasa Yunani disebut stenography.
Kata stenography terdiri dari dua kata yaitu stenos dan graphein. Stenos berarti singkat atau pendek dan graphein berarti tulisan. Jadi stenography (stenografi) berarti tulisan singkat atau tulisan pendek. Karena singkatnya itulah yang mengakibatkan cepat. Dengan demikian kalau ada yang mengatakan bahwa stenografi itu tulisan cepat adalah salah.
Stenografi tersebut menggunakan tanda-tanda khusus yang lebih singkat dari pada tulisan latin. Selanjutnya disempurnakan dengan singkatan-singkatan, sehingga waktu yang digunakan untuk menulis stenogramnya diharapkan lebih cepat dibandingkan dengan pengucapannya. Hal ini memungkinkan pidato dalam sidang, rapat, diskusi dan lain-lain dapat ditangkap dengan menggunakan stenografi.
B. Sistem Stenografi
Stenografi berkembang dimulai beberapa abad sebelum masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan-penemuan di beberapa tempat di dunia ini. Misalnya ditemukannya hieroglyphs di Mesir pada tahun 3100 sebelum masehi yang dianggap sebagai stenografi tertua dalam sejarah. Pada tahun 63 sebelum masehi Marcus Tulius Tiro dari Roma menciptakan tachigraphy yang dipergunakan di Romawi dan Yunani.
Pada abad 16 di negara-negara maju mulai tumbuh beberapa sistem stenografi. Pertumbuhan stenografi tersebut dapat terlihat di negara-negara sebagai berikut:
  • Inggris terdapat pengarang Timothy Bright, John Willis dan I. Pitman
  • Amerika terdapat pengarang Gregg dan John Comstock Evans
  • Jerman terdapat pengarang F.X. Gabelsberger, Stolze, Scheithauer
  • Perancis terdapat pengarang Duploye dan Steyer
  • Belanda terdapat pengarang A.W. Groote dan Gerard Schaap
  • Indonesia terdapat pengarang J.Paat/Sabirin dan Karundeng.
Negara yang menggunakan sistem stenografi biasanya adalah negara tetangga atau negara bekas jajahan. Sistem Pitman (Inggris) digunakan di Australia, Singapura, India, Pakistan, Malaysia, Srilangka, Hongkong, Birma dan Bangladesh. Sistem Scheithauer dan Stolze (Jerman) digunakan di Rusia, Italia dan Belanda. Sistem Groote (Belanda) digunakan di daerah bekas jajahan Belanda yaitu Indonesia. Karena sistem ini diciptakan oleh bangsa Belanda maka penciptanya berorientasi pada sifat dan kondisi kata-kata bahasa Belanda. Sistem Groote tersebut diterapkan ke dalam bahasa Indonesia. Muncul penyusun buku-buku stenografi Indonesia yang berasal dari sistem Groote seperti Sabirin, Hatijah, W.A. Fouwler, J.Paat, Iskandar Pulungasn, Van Genderan, Risma, dan sebagainya.
C. Sistem Karundeng (Indonesia)
Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968, tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan Sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standard yang berlaku pada lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan departemen pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan system nasional. Karena penciptanya adalah putra Indonesia yang sudah berpengalaman dalam bermacam-macam sistem stenografi, maka ciptaannya berorientasi pada sifat-sifat dan spesifikasi kata-kata bahasa Indonesia.
D. Metode Khusus Stenografi
Ada dua macam metode yang dianut oleh penyususn buku stenografi yaitu metode langsung (direct method) dan metode tidak langsung (indirect method). Metode langsung adalah sejak dimulainya pengenalan huruf maka sejak itu pula siswa diberikan makna atau arti singkatan atau fungsinya. Siswa harus memperhatikan sambungan-sambungan dan arti setiap huruf atau beberapa huruf dan fungsinya dalam peraturan menyingkat atau singkatan tetap. Keuntungan dari metode langsung adalah siswa langsung menulis stenografi dengan menggunakan singkatan sehingga menghemat waktu belajar. Karena belajar stenografi adalah belajar menulis dan membaca, maka metode langsung tidak cocok sepenuhnya dengan asas belajar menulis yang baik dan benar agar mudah dibaca.
Metode tidak langsung adalah siswa diperkenalkan dengan huruf-huruf steno dan cara-cara menyambungnya sehingga menjadi kata-kata dan kalimat-kalimat, tetapi belum diperkenalkan singkatan-singkatan tetap dan makna peraturan singkatannya. Dengan cara demikian diharapkan siswa menguasai betul huruf steno, baik dalam bentuk maupun cara menyambungnya. Dengan dikuasainya bentuk, sambungan huruf dan kelancaran menulis, maka masalah singkatan tidak begitu masalah, sebab dasarnya sudah dikuasai.
E. Media dalam Belajar Stenografi
Media yang dibutuhkan siswa dalam belajar stenografi adalah buku tulis, pensil, penggaris, dan penghapus. Pemakaian buku tulis dapat dilakukan dengan menggunakan buku biasa atau buku khusus stenografi. Apabila menggunakan buku tulis biasa harus membagi ruang buku tulisnya dalam beberapa bagian atau ruang.
Selama masih dalam proses bealjar pengenalan huruf, harus digunakan garis-garis penolong untuk bermacam-macam ukuran huruf. Oleh karena itu ruang buku tulisnya harus dibagi sesuai dengan taraf atau tingkat belajarnya. Tingkat-tingkat belajar tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Belajar pengenalan huruf. Dalam tingkat ini ruang buku tulis dibagi dalam 3 ruang dengan menggunakan pensil. Dianjurkan menggunakan buku yang 6 mm dan kalau dibagi 3 tiap ruang menjadi 2 mm. Untuk tahap ini dapat digunakan buku khusus untuk steno Karudeng yang sudah mempunyai ruang 2 mm. Hal ini disebabkan karena huruf-huruf steno sistem Karundeng ada empat macam ukuran, yaitu:
    - Huruf yang tingginya 1 1/2 normal.
    - Huruf yang tingginya 1 normal.
    - Huruf yang tingginya 1/2 normal.
    - Huruf yang mendatar pada garis.
    Dengan demikian huruf yang tingginya 1 ½ normal kalau ditulis pada buku tulis yang sudah dibagi-bagi tersebut ditulis dalam 3 ruang, huruf yang 1 normal ditulis 2 ruang, dan yang ½ normal ditulis 1 ruang.
  2. Memperkecil tulisan. Tahap ini dimaksudkan untuk memperkecil tulisan dan mengurangi garis penolong, yaitu dengan jalan menghilangkan salah satu garis. Dalam hal ini ruang buku tulis tidak dibagi lagi 3 tetapi 2, jadi tiap ruang lebarnya 3 mm. dengan demikian pedoman menulisnya adalah sebagai berikut:
    - Huruf yang tingginya 1 1/2 normal di tulis 1 1/2 ruang.
    - Huruf yang tingginya 1 normal ditulis 1 ruang.
    - Huruf yang tingginya 1/2 normal ditulis 1/2 ruang.
  3. Menulis tanpa garis penolong. Menulis tanpa garis penolong merupakan tujuan akhir menulis stenografi. Jadi menulisnya diperbolehkan pada buku tulis biasa yang ruang garisnya 7 mm atau 8 mm atau menggunakan buku khusus stenografi. Tahap ini bisa dilakukan bila sampai pada tingkat kecepatan.
Pensil banyak pengaruhnya terhadap siswa yang baru pertama kali belajar stenografi. Sebab kalau salah pilih standar pensil yang digunakan akan mematahkan semangat belajar. Oleh karena itu perlu dianjurkan pensil yang bagaimana yang baik dipakai untuk menulis stenografi.
Pensil yang baik adalah pensil yang tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras. Pensil yang terlalu lunak, selain cepat tumpul, kalau dihapus juga meninggalkan bekas kotor. Pensil yang terlalu keras dalam menulisnya harus ditekan, hal ini akan mengakibatkan tulisannya kurang baik atau teraannya tidak lurus. Pensil yang sedang biasanya mempunyai label “AB” atau “B” jangan menggunakan pensil dengan label “H”, “2H”, “2B”, dan “3B”.
Penggaris. Alat ini digunakan untuk membuat baris pada buku tulis biasa yang harus dibagi-bagi. Pilihlah penggaris yang masih baik/lurus. Usahakan garisnya tidak tebal, sebab fungsinya hanya sebagai garis penolong. Kalau garisnya terlalu tebal, maka yang menonjol adalah garisnya, bukan tulisannya.
Penghapus. Penghapus digunakan jika terdapat kesalahan penulisan. Sebetulnya asas penggunaan penghapus ini kurang baik untuk belajar stenografi. Kalau ada kesalahan sebaiknya diulang saja atau kalau sudah merupakan suatu kata, maka kata yang salah tersebut dicoret saja dan diganti dengan yang benar. Namun untuk kepuasan siswa supaya terlihat rapi, maka tidak ada salahnya menggunakan penghapus.
F. Harapan
Pelajaran stenografi adalah pelajaran ketrampilan yang kegiatannya berkisar pada kegiatan membaca dan menulis. Oleh sebab itu kegiatan menulis dan membaca tersebut harus sering dilakukan.
Belajar stenografi tidak bisa dihapal, tetapi harus dipraktikkan. Intinya adalah banyak membaca dan latihan menulis stenografi.
Belajar stenografi sama seperti belajar menulis tulisan yang lain, misalnya tulisan latin, Arab, Jepang, dsb. Semakin sering latihan, maka kemampuan menulis stenografi akan semakin terasah dan lancar.
Satu hal yang perlu diperhatikan ketika belajar menulis stenografi, tulislah stenogram sebaik mungkin. Bejarlah menulis secara urut. Jangan melangkah ke pelajaran berikutnya jika pelajaran yang sekarang belum dikuasai dengan benar. Misalnya, materi pelajaran stenografi A sampai Z. Jangan mempelajari materi D jika belum menguasai materi A, B, dan C.

Categories:

Leave a Reply

    Blogger news

    free counters
    DMCA.com

    Blogroll

    About

    Category